Wednesday, September 18, 2013

Managing PAF/NAF Overburden Material

Prevention and mitigation of Acid Mine Drainage (AMD) generation especially in open pit coal mine can be done if all potencies of AMD generation in mine site are well identified (i.e. AMD potency from overburden). By preventing and mitigating AMD generation at the beginning, the long term cost to treat AMD can be reduced. Furthermore, successful in managing potency of AMD generation will lead to the success of rehabilitation, reclamation and closure planning.

Potency of AMD generation from overburden is determined by identification of Potentially Acid Forming (PAF) and Non Acid Forming (NAF) materials. PAF materials are generally contains sulphidic compounds (particularly pyrite) in which will be oxidized when exposed to water and oxygen. Therefore, PAF materials should be segregated and handled differently in pit and disposals to minimize AMD generation.  

Overburden geochemical characterization is required to identify and classify PAF/NAF materials. This task will be conducted in yearly basis for Tutupan, Paringin and Wara overburden. Based on the geochemical data, geological model of PAF/NAF distribution will be generated and then used by production planning and operation for special handling PAF/NAF materials to be delivered to disposal area. One of  strategies in mitigating AMD generation from overburden is using dry cover method which is covering up (isolation) of Potentially Acid Forming (PAF) type waste rock with Non Acid Forming (NAF) type waste rock.

Mine water from active mine pits and disposal areas will be treated in different settling ponds dedicated for different catchment area to ensure the water quality is met with applied regulations. Water sourced from active dry cover areas will be monitored for performance evaluation. Final disposals will be reclaimed and rehabilitated in sustainability way.  

The purposes of Integrated AMD Management plan is to: (1) fulfill responsibility to mitigate & minimize AMD generation potential at its source (2) minimize AMD generation from overburden disposals; (3) reduce cost of AMD treatment in the future; (4) remove legacy of potential environmental problem post mine closure; and (5) as part of company’s commitment for environmental protection.


Friday, August 31, 2012

MASIH PERLUKAH BATUBARA?

Dalam beberapa bulan terakhir harga batubara melorot tajam sampai ke level terendah, US $ 84 per ton dari sebelumnya yang sempat mencapai US $ 112 per ton, dan diperkirakan sampai akhir tahun ini harganya tidak lebih dari US $ 90 per ton (The Jakarta Post, 8 Agustus). Hal ini terkait dengan lemahnya pasar akibat lemahnya geliat ekonomi global karena krisis berkepanjangan Eropa. Dampaknya banyak produsen batubara di Indonesia menurunkan level produksinya tahun ini. Pertanyaannya adalah apakah fenomena ini merepresentasikan masa depan batubara akan suram dalam konteks pemenuhan kebutuhan energi nasional dan global? Apakah peran batubara dalam bauran energi (energy mix) ke depan masih diperhitungkan? Apa yang sebaiknya dilakukan oleh produsen batubara ataupun pemerintah?


Setiap geliat ekonomi selalu memerlukan energi sebagai motor penggeraknya. Pabrik-pabrik besar sampai dengan usaha-usaha kecil rumah tangga memerlukan listrik dalam setiap operasinya. Tidak hanya di sektor ekonomi, di sektor lainnya, peran listrik sangat vital, seperti transportasi, rumah sakit, pendidikan, telekomunikasi maupun kehidupan sosial sehari-hari. Pasokan energi listrik dapat berasal tenaga pembangkit konvensional seperti batubara PLTU, tenaga diesel PLTD, air PLTA, gas PLTG dan nuklir PLTN maupun yang terbarukan seperti tenaga matahari PLTS, tenaga angin, panas bumi dan gelombang laut.

Peran batubara dalam bauran energi global cukup besar dan diprediksi akan semakin besar sejalan dengan berkurangnya peran minyak bumi. Sebagai gambaran, China sebagai kekuatan ekonomi baru dunia, mencatat lebih dari 70% kebutuhan energinya berasal dari batubara. Persentase ini akan semakin berlipat di masa mendatang. Secara global, sampai dengan tahun 2030 kebutuhan energi akan mencapai dua kali lipatnya. Dan lagi-lagi batubara masih menjadi pilihan favorit. Hal ini terkait dengan beberapa unggulan batubara dibanding sumber energi lain diantaranya: ketersediaan cadangan yang berlimpah, distribusi keberadaan batubara yang tidak tersentralisasi seperti minyak bumi yang mayoritas berasal dari Timur Tengah sehingga mengurangi resiko geo-politik yang tinggi, dan dekatnya produsen batubara dengan konsumen energi.

MASA DEPAN BATUBARA

Paparan fakta-fakta di atas menunjukkan batubara masih akan menjadi sumber energi penting dan superior dibanding sumber-sumber energi lain di masa mendatang. Namun, hal ini dapat berubah menurut waktu tergantung berbagai faktor antara lain kesadaran lingkungan, bencana alam dan ditemukannya teknologi baru untuk esploitasi sumber energi baru.

Yang pertama adalah isu hangat meningkatnya kesadaran global untuk memerangi global warming, yang salah satu sumbernya adalah gas rumah kaca yaitu CO2 hasil pembakaran fossil fuel, terutama minyak bumi dan batubara. Kesadaran ini membawa konsekwensi banyaknya penolakan penggunaan batubara sebagai sumber energi listrik, terutama di negara-negara maju seperti USA, Eropa dan Australia. Sisi positifnya adalah semakin gencarnya penelitian untuk mengembangkan lebih intensif sumber-sumber energi bersih dan terbarukan, green energy ramah lingkungan seperti surya dan angin.

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi bauran energi adalah bencana alam. Sebagai contoh adalah Jepang yang mengalami bencana gempa yang diikuti tsunami bulan Maret tahun lalu yang merusak fasilitas PLTN Fukushima. Bencana ini mengakibatkan terancamnya ribuan masyarakat dari bahaya radiasi yang berbahaya. Masyarakat Jepang selanjutnya menuntut agar seluruh PLTN yang beroperasi di seluruh Jepang di-iddle atau di non aktifkan. Penolakan masyarakat Jepang dan global (misal USA, Jerman, Italia bahkan China) atas PLTN tentu membuat banyak pemerintah merumuskan kembali kebijakan bauran energi saat ini dan di masa mendatang. Dan batubara cukup baik sebagai pilihan alternatif.

Selanjutnya, penemuan teknologi baru untuk mengeksploitasi sumber energi baru akan menentukan kebijakan dan bauran energi saat ini maupun masa mendatang. Beberapa bulan terakhir santer diberitakan kesuksesan USA dalam mengeksploitasi shale gas secara ekonomis. Shale gas adalah gas alam yang terjebak dalam lapisan batuan batulanau (shale) yang volumenya sangat besar. Untuk mengeksploitasinya, lapisan batuan tersebut perlu di-fracking, yaitu diledakkan agar gas yang terjebak dapat dikeluarkan. Temuan teknologi ini merubah skema bauran energi dimana ketersediaan gas menjadi melimpah dan harganya menjadi lebih murah. Akibatnya, ketergantungan terhadap minyak bumi dan batubara secara global dapat dikurangi secara signifikan.

Jadi ada beberapa faktor yang dapat menjadikan batubara tetap menjadi pilihan menarik dalam bauran energi di masa mendatang, namun juga ada faktor yang membuatnya menjadi kurang kompetitif. Untuk negara-negara berkembang, seperti Indonesia, batubara masih berperan penting dalam bauran energi nasional. Namun, pemerintah Indonesia perlu lebih cerdas dalam merumuskan kebijakan bauran energi masa mendatang. Kondisi rendahnya harga batubara saat ini, perlu dilihat sebagai momentum produsen batubara dan pemerintah untuk introspeksi. Bentuknya adalah memperhatikan soal konservasi sumberdaya batubara dan mulai mengkonversi batubara menjadi listrik di dalam negeri, tidak semata diekspor. Eksploitasi batubara perlu disesuaikan dengan rencana bauran energi saat ini dan masa mendatang. Indonesia saat ini menjadi eksportir batubara terbesar di dunia sementara cadangan yang dimiliki tidaklah besar, tidak termasuk dalam 10 besar negara yang memiliki cadangan batubara terbesar. Lebih baik, peningkatan level produksi batubara diikuti dengan peningkatan produksi listrik negeri ini, untuk kemajuan ekonomi.

Saat ini, masih banyak daerah, ironisnya merupakan penghasil batubara, yang pasokan listriknya konsisten tidak memadai atau byar pet. Akan ironis lagi jika di masa mendatang Indonesia konsisten byar pet karena batubara sudah habis diekspor.

Monday, June 18, 2012

Wednesday, February 15, 2012

balance

it is not enough just following flowing river water. Falling leave on the flowing water. Is it only part of the balance of the river or is it has its own balance? Falling leave may have its own balance, own life journey..it used to be part of tree & its falling is part of the tree life balance..flowing water has also the balance..to convey life energy from mountain to ocean

am the leave that intersect with flowing water..both oh them have their balance..and they should go to find unite balance together

Wednesday, January 25, 2012

Lower Wanagon Story


cold morning @ lower wanagon

we've spent four nights there, fixing water level radar sensors for flood early warning system

it was a perfect time to reflect about loving job, dedication, lotality, responsibility, solving problems & cope with unsecure feeling...








cant use this machine gun, just for narsis.

just feel relieve after 4 days camping

Tuesday, January 24, 2012

relieve



cargo nett from Lower Wanagon
the flood early warning system repair project has been done

thanks God
coming home safely
Berada di tengah kabut berarak naik
Dari lembah Wanagon yang dingin
Putih namun memekat
Bergulung suara air sungai
Bergemuruh
Di tengah kesunyian yang mendalam
Kucoba merasai hati ini
\tercenung
\gelisah
\sempurna
Akankah kuikuti air sungai yang bergemuruh ke laut?
Ataukah bersama kabut berarak naik?
Apakah akhirnya nanti sama saja
Karena kabut yang naik
Akan menjadi tetes hujan di atas
Kemudian jatuh dan mengisi gemuruh air sungai
Menuju laut
Karena air sungai yang ke laut
Akhirnya menjadi awan berarak naik

Lower Wanagon, January 2012