Wednesday, May 27, 2009

HULU SUNGAI UTARA DALAM PERSPEKTIF PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Pendahuluan

Ada suatu kekeliruan umum yang biasanya muncul di benak kita mengenai kekayaan sumberdaya alam pertambangan dan energi, yaitu menganggap bahwa kekayaan alam pertambangan dan energi hanya sebatas mineral dan energi konvensional saja dan melupakan potensi pertambangan dan energi dari sumberdaya alternatif. Kekeliruan lainnya adalah pandangan bahwa daerah-daerah yang tidak ada sumberdaya mineral dan energi dan sepi dengan aktivitas pertambangan selalu susah berkembang secara ekonomi. Semua kekeliruan ini semestinya dihilangkan dari alam pikiran kita.

Daerah-daerah seperti HSU dan Batola di Kalimantan Selatan memang saat ini merupakan daerah yang sepi dari aktivitas pertambangan mineral dan energi seperti mineral dan batubara, namun ternyata menyimpan juga potensi pertambangan dan energi yang sebelumnya bahkan mungkin tidak pernah terlintas di pikiran. Sebagai contoh adalah potensi coalbed methane, energi surya, sampah organik tumbuhan, dan bahkan kotoran ternak.

Tulisan ini selain mengulas betapa kayanya Indonesia dan Kalsel akan sumberdaya mineral dan energi, juga mengingatkan kita bahwa dengan pendekatan kreatif dan berpikir “out of the box” maka segala macam potensi sumberdaya alam non konvensional (termasuk sampah sekalipun) dapat diolah dan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.

Profil Pertambangan dan Energi Indonesia

Secara geologis, Indonesia yang merupakan zona tumbukan antara 2 lempeng benua: Indo-Australia dan Eurasia memberikan dampak positif berupa melimpahnya sumberdaya mineral dan energi yang dimiliki Indonesia seperti: emas, tembaga, intan, nikel, bijih besi, mangan, migas, batubara, coalbedmethane, dan berbagai jenis bahan galian industri. Saat ini Indonesia berada di peringkat kedua sebagai produsen timah terbesar dunia, peringkat ketiga produsen tembaga dunia, peringkat keempat produsen nikel dunia, dan memiliki cadangan yang besar emas dalam satu lokasi (Freeport-Papua).

Di kategori energi, Indonesia juga menduduki: peringkat 25 negara dengan potensi minyak terbesar (4.3 milyar barrel), peringkat 21 penghasil minyak mentah terbesar dunia (1 juta barrel/hari), peringkat 24 negara pengimpor minyak terbesar (370.000/hari), peringkat 22 negara pengonsumsi minyak terbesar (1 juta barrel/hari), peringkat 13 negara dengan cadangan gas alam terbesar (92.9 trillion cubic feet), peringkat 8 penghasil gas alam terbesar dunia (7.2 tcf), peringkat 18 negara pengonsumsi gas alam terbesar (3.8 bcf/hari), peringkat 2 negara pengekspor lng terbesar (29.6 bcf), peringkat 16 negara dengan cadangan batubara terbesar (11.5 milyar ton), peringkat 18 negara pengonsumsi batubara terbesar (27.7 juta ton equivalen), peringkat ketujuh produsen batubara, peringkat kedua negara pengekspor batubara terbesar batubara di dunia, dan peringkat 19 negara penghasil gas co2 dari sektor industri (359 juta ton co2).

Dalam kategori energi alternatif, Indonesia memiliki potensi energi yang juga luar biasa diantaranya energi air, panas bumi, mikro-hidro, biomassa, surya, angin dan uranium (tabel 1).

Tabel 1: Jenis dan Potensi Energi Alternatif Indonesia

ENERGI

NON FOSIL

SUMBER

DAYA

SETARA

PEMANFAATAN

KAPASITAS

TERPASANG

Tenaga Air

845,0 juta

BOE

75,67 GW

6.8851,0 GWh

4,2 GW

Panas Bumi

219,0 juta

BOE

27,00 GW

2.593,50 GWh

0,8 GW

Mini/micro hydro

0,46 GW

0,46 GW


0,054 GW

Biomasa


49,81 GW


0,302 GW

Tenaga Surya


4,80 kWh/m2/hari


0,005 GW

Tenaga Angin


9,29 GW


0,0005 GW

Uranium

34.112 ton

33,0 GW



Profil Pertambangan dan Energi di Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan luas wilayah paling kecil dibandingkan provinsi-provinsi lainnya di Kalimantan, namun memiliki sumberdaya mineral dan energi yang signifikan, misalnya batubara dan coalbed methane. Cadangan batubara Kalsel merupakan yang ketiga terbesar di Indonesia setelah Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, namun produksi batubara Kalsel adalah yang terbesar. Potensi sumberdaya coalbed methane Kalsel merupakan yang terbesar di Indonesia, umumnya berada di Cekungan Barito dengan perkiraan potensi sebesar 101 TCF. Kalsel juga kaya bahan mineral logam seperti bijih besi dan mangan serta berbagai jenis bahan galian industri seperti serpentinit, lempung, marmer, dll.

Perusahaan pertambangan dan energi yang beroperasi di Kalsel didominasi oleh perusahaan pertambangan batubara. Struktur produsen batubara ini dapat dikelompokkan menjadi dua: perusahaan besar pemegang ijin PKP2B dari pemerintah pusat dan perusahaan kecil pemegang ijin KP dari Bupati. Jumlah perusahaan PKP2B ini adalah 24 sedangkan jumlah KP lebih dari 10 x lipatnya yakni sekitar 290 buah.

Batubara produksi dari Kalsel umumnya adalah batubara termal (steam coal) yang dipergunakan sebagai bahan pembangkit listrik (PLTU). PLTU Asam-Asam yang saat ini memasok listrik di wilayah Kalsel dan Kalteng memiliki daya 2 x 65 MW dan tahun ini telah dimulai pembangunan unit baru dengan kapasitas 65MW. Secara regioanal, saat ini Kalsel dan Kalteng masih mengalami defisit listrik. Namun dengan selesainya pembangunan 2 unit pembangkit baru maka diharapkan krisis listrik tidak terjadi lagi. Di tingkat negara-negara ASEAN, Indonesi memiliki rasio elektrifikasi paling rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya bahkan masih kalah dibandingkan Philipina yang tidak memiliki cadangan batubara.

HSU dalam Konteks Pertambangan dan Energi

Secara faktual, tidak ada aktivitas pertambangan mineral dan energi di Kabupaten HSU, namun secara geologis masih mungkin di HSU ditemukan bahan mineral dan energi seperti endapan sekunder pasir besi ataupun coalbed methane (CBM) dan migas. Untuk sisi keekonomiannya tentunya diperlukan usaha ekplorasi dan prospeksi yang benar.

Selain itu, merujuk pernyataan di awal tulisan ini, bahwa sumberdaya pertambangan energi tidaklah hanya terbatas sumberdaya mineral dan energi yang konvensional saja, namun juga mencakup sumberdaya alternatif seperti: surya, biomassa, biogas, dan air tanah. Potensi sumberdaya alam ini tentu jika dapat dikelola dengan baik akan menjadi modal pembangunan yang sangat penting yang dapat berperan dalam menggerakkan perekonomian daerah dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Paradigma yang mesti ditumbuh-kembangkan adalah mengenal dan mengetahui karakteristik sumberdaya alam yang dimiliki suatu daerah dan berpikir kreatif untuk mengoptimalkan pemanfaatannya diluar pemanfaatan yang sudah umum. Sebagai contoh adalah pemanfaatan kotoran ternak (sapi, kerbau). Sudah lazim kita memanfaatkannya sebagai pupuk kandang. Dan telah mulai lazim kita memanfaatkannya sebagai sumber biogas untuk keperluan rumah tangga, namun ternyata ada manfaat tersembunyi lain dari kotoran ternak ini yang mungkin belum terlintas di pikiran kita yaitu sebagai bahan baku bata! Ide memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan bata berkualitas tinggi dan ramah lingkungan ini dikenal dengan brand EcoFaeBrick dikembangkan oleh tim kreatif anak negeri yang akhirnya memenangkan kompetisi internasional Global Social Venture Competition (GSVC) 2009 di Amerika Serikat. Juri dalam kompetisi tersebut mengakui bahwa ide ini menghasilkan profit usaha, menjaga kelestarian lingkungan, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Kesimpulan

Paradigma yang memandang bahwa sumberdaya mineral dan energi hanyalah batubara dan migas dan pandangan bahwa daerah yang miskin sumberdaya mineral dan energi selalu sulit berkembang secara ekonomi harus dihilangkan.

Setelah paradigma tersebut dapat dikikis, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi seluruh potensi daerah yang ada baik yang kasat mata atau yang tersembunyi dan kemudian secara kreatif dan dengan pola pikir “thinking out of the box” mengidentifikasi semua kemungkinan pemanfaatan sumberdaya alam tadi agar bernilai ekonomis dan bermanfaat luas bagi masyarakat. Beranikah kita mencoba?

No comments: