Wednesday, July 15, 2009

PERSPEKTIF BARU PERTAMBANGAN DAN ENERGI

Ada suatu kekeliruan umum yang biasanya muncul di benak kita mengenai kekayaan sumberdaya alam pertambangan dan energi, yaitu menganggap bahwa kekayaan alam pertambangan dan energi hanya sebatas mineral dan energi konvensional saja dan melupakan potensi pertambangan dan energi dari sumberdaya alternatif. Kekeliruan lainnya adalah pandangan bahwa daerah-daerah yang tidak ada sumberdaya mineral dan energi dan sepi dengan aktivitas pertambangan selalu susah berkembang secara ekonomi. Semua kekeliruan ini semestinya dihilangkan dari alam pikiran kita.
Daerah-daerah seperti HSU dan Batola di Kalimantan Selatan memang saat ini merupakan daerah yang sepi dari aktivitas pertambangan mineral dan energi seperti mineral dan batubara, namun ternyata menyimpan juga potensi pertambangan dan energi yang sebelumnya bahkan mungkin tidak pernah terlintas di pikiran. Sebagai contoh adalah potensi coalbed methane, energi surya, sampah organik tumbuhan, dan bahkan kotoran ternak.
Tulisan ini selain mengulas betapa pentingnya pendekatan kreatif dan berpikir “out of box” serta jeli dalam melihat segala macam potensi sumberdaya mineral dan energi non konvensional (termasuk sampah sekalipun) agar dapat diolah dan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.
Pertambangan dan Energi Kalsel
Di Kalsel, potensi sumberdaya mineral dan energi yang signifikan adalah batubara dan coalbed methane. Cadangan batubara Kalsel merupakan yang ketiga terbesar di Indonesia setelah Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur, namun produksi batubara Kalsel adalah yang terbesar. Potensi sumberdaya coalbed methane (CBM) Kalsel, yang mulanya tidak diketahui publik, ternyata merupakan yang terbesar di Indonesia yaitu sebesar 101 TCF.
Khusus untuk energi, dengan melimpahnya batubara (yang sudah dieksploitasi) maupun CBM (baru eksplorasi) harapan kita tentu adanya ketersediaan listrik yang cukup. Namun apa daya, faktanya Kalsel dan Kalteng masih defisit listrik. Syukurnya, mulai tahun ini mulai dibangun unit baru PLTU 2x65 MW sehingga masalah defisit listrik diharapkan dapat teratasi. Perusahaan pertambangan dan energi yang beroperasi di Kalsel didominasi oleh perusahaan. Apakah kita kurang kreatif? Boleh jadi, karena kita hanya sebatas mengekspor batubara (meski menguntungkan di awal) dan bukannya memproduksi listrik dari batubara (meski sulit di awal), padahal ketersediaan listrik yang cukup adalah prasyarat kemajuan suatu daerah/bangsa.
Perspektif Baru
Secara faktual, tidak semua daerah di Kalsel mengandung sumberdaya mineral dan energi konvensional maka untuk itulah perlu melihat potensi sumberdaya mineral dan energi alternatif. Selain itu, merujuk pernyataan di awal tulisan ini, bahwa sumberdaya pertambangan energi tidaklah hanya terbatas sumberdaya mineral dan energi yang konvensional saja, namun juga mencakup sumberdaya alternatif seperti: surya, biomassa, biogas, dan air tanah. Potensi sumberdaya alam ini tentu jika dapat dikelola dengan baik akan menjadi modal pembangunan yang sangat penting yang dapat berperan dalam menggerakkan perekonomian daerah dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Paradigma yang mesti ditumbuh-kembangkan adalah mengenal dan mengetahui karakteristik sumberdaya pertambangan dan energi yang dimiliki suatu daerah dan berpikir kreatif untuk mengoptimalkan pemanfaatannya diluar pemanfaatan yang sudah umum. Sebagai contoh adalah pemanfaatan kotoran ternak (sapi, kerbau). Sudah lazim kita memanfaatkannya sebagai pupuk kandang dan sumber biogas untuk keperluan rumah tangga, namun ternyata ada manfaat tersembunyi lain dari kotoran ternak ini yang mungkin belum terlintas di pikiran kita yaitu sebagai bahan baku bata! Ide memanfaatkan kotoran ternak sebagai bahan bata berkualitas tinggi dan ramah lingkungan ini dikenal dengan brand EcoFaeBrick dikembangkan oleh tim kreatif anak negeri yang akhirnya memenangkan kompetisi Internasional Global Social Venture Competition (GSVC) 2009 di Amerika Serikat. Juri dalam kompetisi tersebut mengakui bahwa ide ini menghasilkan profit usaha, menjaga kelestarian lingkungan, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Potensi biomassa yang sangat besar untuk membangkitkan listrik juga dapat dengan mudah ditemukan di Kalsel, misalnya enceng gondok yang hidup di danau-danau dan perairan HSU atau bahan organik kelapa (sabut, daun dll) di HSS dan Batola. Tidak perlulah kita berpikir muluk memproduksi listrik besar-besaran dari biomassa, cukup untuk skala rumah tangga atau kampung. Hal ini akan menunjang kemandirian bidang energi dimana semua kebutuhan energi rumah tangga baik untuk listrik ataupun memasak dapat tercukupi dengan sumberdaya energi non konvensional: biomassa, tenaga surya, dan biogas. Saat ini pola hidup masyarakat yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumberdaya lokal menjadi pondasi kuat bai pembangunan manusia secara berkelanjutan.
Paradigma yang memandang bahwa sumberdaya mineral dan energi hanyalah batubara dan migas dan pandangan bahwa daerah yang miskin sumberdaya mineral dan energi selalu sulit berkembang secara ekonomi harus dihilangkan. Setelah paradigma tersebut dapat dikikis, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi seluruh potensi daerah yang ada baik yang kasat mata atau yang tersembunyi dan kemudian secara kreatif dan dengan pola pikir “thinking out of box” mengidentifikasi semua kemungkinan lain pemanfaatan sumberdaya pertambangan dan energi tadi agar bernilai ekonomis dan bermanfaat luas bagi masyarakat. Beranikah kita mencoba?

No comments: